Mechaminds

Play With your minds, ...

Hari Tanpa Senja


Hari tanpa senja Mataku terbuka begitu saja, aku tak tahu dimana tempatku berbaring. Hanya ilalang yang kulihat di sekelilingku, tubuhku terbaring kehabisan tenaga. Yang ku ingat hanyalah aku berada jauh dari rumah, aku meninggalkan semua kebisingan kota dan kembali pada alam. Setidaknya begitu lah tema hiking yang aku ikuti bersama teman kantorku. Pagi tadi aku bersama kelompok 6 yang beranggotakan lima pendaki, aku , penunjuk jalan, dan ketiga teman kantorku lainnya. Sejak sehabis subuh tadi kami telah bertolak menuju kaki gunung untuk melakukan pendakian. Pohon rindang, belukar, awan, serta suara hewan liar selalu mengiringi pendakian kami sepanjang pagi ini. Medan yang menanjak seolah kami lewati begitu asyiknya, udara yang tipis tidak menghalangi kami menaklukkan medan yang lumayan berat bagi pemula seperti kami. Matahari terlihat kian terik, saat matahari berada pada posisi tertingginya kami memutuskan untuk beristirahat di Pos guna istirahat makan siang. Sesekali masih terdengar suara burung dan hewan lainnya bersautan. Indah rasanya dunia ini, tak perlu mendengar bising mobil dan keriuhan kota saat ini.
Istirahat telah selesai, saat itu aku lihat jam mdigitalku menunjukkan pulkul 13.00 waktu setempat. Kami melanjutkan perjalanan untuk menempuh pos berikutnya, kali ini medan terasa semakin berat. Hari semakin sore, sebentar lagi kami akan sampai pada Tuujuan Pos terakhir kami. Letak Pos tersebut sebenarnya masih seperempat jalan menuju puncak, tapi kami memang tidak bertujuan untuk mendaki sampai puncak. Maklum kami hanya pegawai kantor biasa yang rutinitasnya bergelut dengan angka dan layar datar, seharian berjalan mendaki sudah cukup menyiksa kami. Sinar matahari semakin remang ditambah dengan terhalangnya sinar matahari oleh rindangnya pepohonan suasana pun semakin remang. Akhirnya kami sampai pada pos terakhi tujuan kami, Guide menyalakan lentera minyak yang terdapat pada pos tersebut.
Kami berempat sudah sangat letih berjalan seharian, namun diwajah guide tak telihat sedikitpun ruam letih. Mataharipun akhirnya sluruhnya tak terlihat lagi, suara hewan bersahutan pun kini semakin mendominan. Guide menyarankan kami bermalam di pos malam ini dan melanjutkan perjalanan turun besok pagi, kami berempat menurut saja karena malan di gunung memang terasa menyeramkan bagi kami berempat. Setelah makan malam seadanya ketiga kawanku terlihat membaringkan tubuh seraya menyumbatkan earphon ke telinga masing-masing. Aku berfikir ruginya mereka, sudah berada ditengah-tengah alam masih saja mendengarkan music bukannya menikmati suara alam malam ini padahal ini kesempataan langka bagi kami. Aku pun bangun dari dudukku dan menghampiri guide yang berada diluar pos sedang berjaga. Ia terlihat menikmati alam sekitarnya yang terlihat menyeramkan bagiku sekaligus menakjubkan. KUtegur dia, dan kami pun ngobrol selama beberapa saat. Setelah beberapa lama guide menyarankan aq untuk tidur beristirahat, sebab besok pagi-pagi akan segera melanjutkan perjalanan turun. Akhirnya akupun menyusul kawan-kawanku yang telah terlelap dalam mimpi, aku berbaring diantara mereka dan mencoba memejamkan mataku. Lama kucoba pejamkan mata tapi tak juga dapat terlelap, ditelingaku terdengar suara malam yang cukup mencekam. Tak berapa lama guide masuk ke pos dan merebahkan dirinya disampingku, terlihat ia sudah tak kuat lagi begadang. Aq pura-pura terlelap tidur, guide pun berbaring dan mulai terlihat terlelap dalam tidurnya. Lagi-lagi aku belum dapat tidur juga, padahal aq sudah memejamkan mata sedari tadi. Malam terlihat sudah sangat larut, aku intip jam tanganku terlihat angka 00:23. Sekali lagi aku coba rileks dan pejamkan mata, tapi setelah beberapa saat bukan rasa kantuk yang terasa tapi justru perutku terasa melilit.
Aku bangun dari tidur dan mencoba membangunkan teman-temanku, tapi kesemuanya tak merespon. Mungkin udara gunung yang dingin menambah kenikmatan mereka dalam tidur, sempat terpikir untuk membangnkan guide tapi aku merasa tak enak karena ia baru saja terlelap. Akhirnya aku beranikan diri untuk melangkah keluar dari pos. Suasana malam terlihat sunyi namun cuaca terlihat cerah, terlihat dari rembulan yang terang bersinar. Segera pandanganku berputar mencari tempat membuang hajat yang nyaman, setelah beberapa saat aku mencari akhirnya aku menemukan pohon rindang dengan semak yang sedikit dibawahnya. Aku putuskan menjadikan tempat tersebut jadi tempat pelampiasanku, segera aku menuju pohon yang tak jauh letaknya dari pos. setelah aku sampai dibawah pohon tersebut aku merasa dalam pos ada bayangan yang masuk. Aku fikir itu adalah bayangan temanku atau guide yang terbangun, lalu aku putuskan kembali kedalam pos. Tapi di dalam pos terlihat semua temanku dan guide masih berada pada posisi tepat sebelum aku tinggalkan yaitu tertidur pulas. Maka fikirankupun mulai berimajinasi di luar nalar ku sebelumnya, aku berfikir itu adalah hantu penunggu gunung. Tanpa buang waktu aku langsung melangkahi temanku dan berbaring telungkup ditengah teman-temanku. Fikiranku langsung kacau dan tak karuan mengingat bayangan tadi. Dalam keadan berbaring telungkup aku merasakan ada sesuatu mendekati punggungku, dan hal tersebut semakin membuatku merinding saja. Lalu tiba-tiba terasa ada tangan yang memegang pundakku, refleks aku langsung terkejut dan menjerit. Semua temanku terbangun dan langsung menatapku yang sedang telungkup dengan tangan guide ada dipundakku.
Ternyata tangan yang kurasakan tadi adalah tangan guide yang terbangun karena kulangkahi tadi. Mereka semua tertawa melihat kondisiku yang ketakutan, padahal aku tadi adalah orang yang terlihat tidak takut dan sok kmengagumi keheningan malam. Namun tidak demikian dengan wajah guide yang tangannya belum lepas dari pundakku, wajahnya terlihat peduli dan serius seakan ia tahu apa yang sempat aku alami. Ketiga kawanku tertawa lepas dan akhirnya berbaring lagi mendekap selimut masing-masing, pasti wajahku terlihat sangat tolol waktu itu. Tapi masih saja tangan Guide belum lepas dari pundakku, ia memberikan isyarat padaku untuk keluar dari pos bersamanya. Dengan langkah yang masih setengah takut aku berjalan keluar pos mengikuti guide yang berjalan keluar pos terlebih dahulu. Diluar Pos suasana terlihat tenang dan sunyi, guide menyuruhku duduk disebelahnya dan menanyaiku apa yang telah aku lihat hingga sku terlihat sangat ketakuatan. Akupun menceritakan bayangan yang terlihat masuk pos saat aku ingin buang hajat. Guide terlihat tenang saja, sambil tersenyum kecil guide memberitahuku bahwa bayangan tadi adalah anggota tambahan dalam group mendaki kami, gide menyebutnya anggota keenam dari rombongan group kami. Aku semakin bingung oleh ucapan nya, masalahnya selama perjalanan mendaki selama seharian tadi kami tidak bertemu satu pendakipun bagaimana bisa kita mendapat satu anggota baru. Belum lagi waktu aku masuk ke dalam pos tadi hanya terlihat ada ketiga temanku, guide dan aku, tidak terlihat anggota tambahan. Kepalaku semakin bingung memikirkan hal tersebut. Terlihat guide menarik nafas seperti hendak menjelaskan sesuatu padaku, akupun menunggu kata-kata apakah yang akan keluar dari mulut guide. Guide melulai penjelasannya, ia mengatakan bahwa siang tadi kita telah melewati suatu perkampungan kecil ditengah perjalanan dan dari perkampungan itulah anggota keenam berasal. Hal ini semakin membuatku bingung, seharian tadi seingatku kami tidak menjumpai seorangpun apalagi sebuah perkampungan.
Karena semakin pernasaran aku memperhatikan dengan seksama kelanjutan cerita Guide. Ia mengatakan bahwa kampung tersebut sebenarnya ada dan tidak ada, perkampungan itu saat kita percaya ada.

0 comments: